Terdapat Sang Gundul di Antara Para Hakim Lapangan Hijau: Buat Bercorak Piala Dunia, Piala Eropa serta Liga Champions

Jakarta- FIFA membenarkan terdapat 3 wasit wanita yang hendak bertugas di Piala Dunia 2022 Qatar.

Keputusan itu jadi tonggak sejarah di pentas terakbar 4 tahunan.

Ketiganya merupakan Stephanie Frappart( Prancis), Salima Mukansanga( Rwanda), serta Yoshimi Yamashita( Jepang).

Penunjukan trio Srikandi tersebut jelas bukan tanpa alibi.

Frappart misalnya, wanita 38 tahun itu sempat dipercaya mengetuai laga Piala Luar biasa Eropa( Augustus 2019), Liga Champions ( December 2020), serta final Coupe de France       (Mei 2022). Ia ialah pengadil awal wanita yang di ajang bergengsi itu.

Selaku induk sepak bola dunia, FIFA memanglah terus berupaya melahirkan lebih banyak lagi wasit- wasit berkualitas.

Soalnya, tanpa wasit bermutu tentu pertandingan tidak akan berjalan dengan baik.

Sederet wasit di bawah ini paling tidak dapat jadi contoh untuk wasit di segala dunia, khususnya Indonesia.

Oscar Ruiz( Kolombia)

Oscar Ruiz merupakan satu di antara wasit ofisial terbaik dari Kolombia.

Dari 1995 sampai 2011, dia merupakan wasit yang berafiliasi dengan FIFA.

Sehabis pensiun, ia jadi bagian dari regu pengajar wasit FIFA. Pada 1995, Oscar melaksanakan debutnya di luar negara.

Ia melakoni guna wasit buat 3 Piala Dunia berturut- turut ( 2002, 2006, serta 2010).

Ia pula berpartisipasi dalam program asisten wasit yang dijalankan oleh CONMEBOL.

Markus Merk (Jerman)

Pada umur 25 tahun, Markus Merk jadi wasit termuda Bundesliga pada tahun 1988. Menerima penghargaan wasit terbaik Jerman sebanyak 6 kali dan penghargaan wasit terbaik IFFHS 3 kali.Dianugerahi Federal Cross of Merit selaku pengakuan atas pengabdiannya kepada sepak bola.Dan ia bekerja selaku dokter gigi serta berprofesi selaku analis utama Lig Televisi di Turki.

Cüneyt Çakır (Turki)

Cakir, anggota lama catatan wasit FIFA serta UEFA, sudah membuat kemajuan signifikan dalam dunia sepak bola.

Ia termasuk satu di antara wasit top di dunia serta sudah mengetuai pertandingan dalam negeri di negaranya semenjak 2001.

Ia sudah mengawasi pertandingan Super Lig Turki dan beberapa pertandingan internasional.

Penampilannya yang menonjol tersuguh di final Liga Champions antara Barcelona Vs Juventus pada 2015, dan semifinal Liga Champions UEFA antara Barcelona Vs Chelsea pada 2012.

Tidak hanya itu, Cakir mengetuai 6 pertandingan Piala Dunia dalam 10 tahun terakhir.

Bjorn Kuipers (Belanda)

Wasit asal Belanda ini terpilih mengawasi 10 final internasional yang luar biasa semenjak menerima lencana FIFA pada 2006.

Pada tahun 2002, wasit yang saat ini telah pensiun itu mengawali karir profesionalnya di kasta kedua Belanda.

Ia bertanggung jawab atas pertandingan berarti Eredivisie pada tahun 2005.

Ia menerima lencana FIFA setahun setelah itu serta dalam waktu pendek ia naik pangkat mengetuai Final Kejuaraan U- 21 Eropa 2006 serta 2009.

Sepanjang 10 tahun terakhir, Kuipers berprofesi selaku wasit di FIFA Club World Cup, Piala Luar biasa Eropa, Euro, final Liga Europa, serta final Liga Champions.

Howard Webb (Inggris)

Howard Webb dikira selaku satu di antara wasit Premier League serta Inggris terbaik selama masa.

Semacam wasit yang lain, Webb pula mengalami sebagian kritik selama kariernya.

Namun dia sanggup mempertahankan reputasinya sampai pensiun pada tahun 2014.

Ia masuk catatan FIFA pada tahun 2005, serta semenjak itu sudah bertanggung jawab atas banyak pertandingan populer, tercantum Piala Dunia 2010 serta 2014.

Ia mengetuai final Liga Champions 2010 serta final Piala Dunia 2010.

Webb pula mengetuai sebagian pertandingan berarti di Inggris, tercantum final Piala FA, Community Shield FA, serta final Piala Liga.

Webb timbul di BT Sport sehabis pensiun serta berprofesi selaku direktur wasit buat Arab Saudi.

Ia jadi Chief Wasit Officer di Professional Permainan Match Officials Board( PGMOL).

Pierluigi Collina (Italia)

Pierluigi Collina diperlakukan dengan hormat oleh para pemain. Ia sangat disegani serta pemain tidak sering melawan keputusannya ataupun berteriak dan memakinya.

Siapa yang berani, ditindak sebagaimana mestinya. Tidak hanya itu, Collina tidak membeda- bedakan pemain. Tercantum yang berstatus pemain bintang. Ia tak hirau.

Final Liga Champions 1999 antara Bayern Munchen kontra Manchester United serta final Sepak Bola Laki- laki Olimpiade 1996 antara Nigeria Vs Argentina merupakan 2 kontesnya yang sangat populer. Ia pula mengetuai final Piala Dunia 2022 antara Brasil serta Jerman.

Prestasi terbesarnya merupakan memenangkan penghargaan Wasit Terbaik Dunia IFFHS buat membongkar rekor 6 tahun berturut- turut.

Sehabis mengetuai Euro 2004, turnamen internasional terakhirnya yang signifikan, dia mengumumkan pengunduran dirinya pada tahun 2005.

Dikala ini dia jadi konsultan Komite Wasit UEFA.

Sumber: Sportskeeda